Sunday 5 November 2017

Tetap Bersyukur

*Based On True Story*

Malam itu, waktu menunjukkan pukul setengah 12 malam dan entah kenapa tiba-tiba perut terasa lapar (lagi).
Setelah dengan pertimbangan, akhirnya saya putuskan untuk keluar cari makanan.
Dan tujuan saya adalah mencari nasi atau mie goreng karena biasanya di tengah malam begini yang ada hanya itu.

Setelah berjalan beberapa saat, saya menemukan sebuah warung nasi goreng di pinggir jalan yang sepi. Penjual yang lain yang sudah saya lewati rata-rata ada beberapa pembeli dan saya malah mengantri. Akhirnya saya memutuskan untuk mampir di warung itu.

Tampak dari kejauhan, suami istri penjual nasi goreng itu sedang bersenda-gurau sembari tertawa kecil.

Singkat cerita, saya memesan 1 porsi nasi goreng dan 1 porsi mie goreng untuk dimakan di rumah.
Sang Bapak sangat gesit melayani pesanan saya walaupun usianya sudah tidak bisa dibilang muda lagi.
Sayangnya sang Bapak tidak sempat saya foto.

Sembari menunggu pesanan saya jadi, saya memulai obrolan basa-basi dengan mereka.

"Gimana Pak, ramai ya Pak?", saya memulai obrolan.
"Alhamdulillah Mas." Sahut sang bapak sembari tersenyum.
"Alhamdulillah masnya pembeli pertama kami."

Gleeeeeek....pembeli pertama? Berarti dari tadi sepi tak ada yang beli?

"Emang bukanya jam berapa?".

"Buka dari seabis Maghrib Mas." Timpal si Ibu.

Masya Allah.. dari tadi sama sekali tidak ada pembeli yang datang tapi tak ada nampak wajah sedih atau murung di raut wajah mereka berdua.

"Namanya dagang ya gini Mas, kadang ramai sampai kewalahan, namun terkadang juga sepi banget." Ucap si Bapak sembari memainkan penggorengannya.

"Iya sih Pak, benar." Saya bingung mau jawab apa lagi.

"Mau bagaimanapun kondisinya, tetap  kami syukuri Mas." Timpal si Ibu.

"Kalaupun sepi, kami bersyukur karena kami sudah tidak terlalu lelah seperti waktu Bapaknya masih jualan keliling Mas. Alhamdulillah sekarang udah kuat sewa tempat ini, jadi Bapaknya tidak harus capek jalan keliling."

"Memangnya disini udah berapa lama Bu?".

"Sudah hampir 4 bulan ini Mas."
"Kalau dulu waktu Bapaknya masih keliling, saya tidak bisa bantuin Mas, kaki saya tidak kuat kalau jalan jauh, dikit-dikit kesemutan kaku. Kalau gini kan saya bisa bantuin Mas." Lanjut si Ibu.

"Dan Alhamdulillah ini gerobak dan kompornya sudah milik sendiri, kalau dulu saya sewa Mas." Timpal si Bapak.

"Jadi kalau misal jualan sepi, saya tidak bingung mikirin bayar sewa gerobak dan kompor. Belum lagi kalau pas kondisi hujan, saya sekarang sudah tidak perlu basah-basahan lagi Mas."

"Dan saya yakin Mas kalau rezeki itu sudah diatur oleh Allah dan tidak bakalan tertukar. Kita sebagai manusia berkewajiban untuk berusaha dan bertawakal serta jangan lupa untuk tetap bersyukur. Kalaupun sekarang sepi, saya yakin pasti Allah sedang menguji saya dan saya yakin juga Allah akan mengganti rezeki saya di lain hari."

Sedikit percakapan saya dengan suami istri penjual nasi goreng tersebut benar-benar serasa menampar saya secara telak.
Mereka tetap bisa ceria walaupun kondisi warungnya sepi. Mereka tetap bersyukur kepada Sang Penciptanya.
Sedangkan saya? Sepertinya saya lebih banyak mengeluhnya dibanding bersyukurnya.
Dan saya selalu merasa kurang, kurang dan kurang dengan apa yang saya dapat.

Sesungguhnya jika kamu bersyukur,  niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat
(QS. Ibrahim : 7).

No comments:

Post a Comment

Looped Slider

Total Pageviews

Find Us On Facebook

Random Posts

Social Share

Flickr

Sponsor

Recent comments

About This Blog

Footer

Contact With Us

Name

Email *

Message *

Recent Comments

Popular Posts