Friday 4 September 2015

Ketika Objek Wisata Menjadi Tempat Pembuangan Sampah

Tulisan saya ini masih ada hubungannya dengan tulisan sebelumnya yang berjudul Pecinta Alam atau Perusak Alam.
Indonesia adalah suatu negara dengan kekayaan alam yang melimpah, termasuk di dalamnya adalah wisata alamnya. Bahkan hal itu yang menjadikan Indonesia terkenal di mata dunia.

Bahkan dengan adanya sosial media, beberapa objek wisata yang "tersembunyi' pun bisa menjadi populer. Objek wisata yang awalnya sepi bisa berubah menjadi populer setelah beberapa wisatawan mempublikasikannya di sosial media, baik itu melalui tulisan atau melalui foto-foto.

Ironisnya, beberapa tempat wisata yang populer dan terkenal karena sosial media menjadi ramai dan kotor oleh sampah-sampah yang ditinggalkan oleh para wisatawan.
Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena ketidaksiapan Pemerintah setempat dan atau mental dari wisatawan itu sendiri.

Terkadang ada beberapa objek wisata yang tidak menyediakan tempat sampah atau memiliki fasilitas tempat pembuangan sampah dengan jumlah yang minim.
Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran dan kepedulian beberapa wisatawan yang dengan tanpa rasa dosa membuang sampahnya ke sembarang tempat.

Sebagai contoh, kita bisa melihat di beberapa media massa tentang banyaknya sampah yang terdapat di gunung-gunung yang sering didaki.
sumber : www. wisatagunung.com

sumber : jogja.tribunnews.com


Ada pendaki yang mendaki gunung hanya untuk berfoto-foto dengan menantang bahaya, mengibarkan bendera atau menuliskan sebuah nama di kertas. Sayangnya, kertas-kertas tidak mereka buang begitu saja. Ditambah lagi sampah dari botol-botol air mineral yang mereka tinggalkan begitu saja.
Data Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menunjukkan setiap pengunjung membuang sekitar 0,5 kilogram sampah di Gunung Semeru. Padahal, setiap hari gunung tersebut disambangi 200 hingga 500 pendaki. Artinya, di Gunung Semeru ada sekitar 250 kilogram sampah per hari.
Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Gunung Semeru. Sejumlah aktivis lingkungan mengatakan tumpukan sampah di taman nasional dan gunung di Indonesia menjadi panorama umum.

Begitu pula Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan, jalur pendakian Gunung Rinjani masih dipenuhi sampah.
Pihak BTNGR sudah berupaya mengatasi masalah sampah ini, salah satu upaya itu adalah memberikan kantong plastik kepada para pendaki sebagai tempat sampah, dan selanjutnya membawanya kembali turun ke bawah.
Namun seringkali para pendaki tidak membawa sampah saat turun dengan alasan sudah dibuang saat  perjalanan turun. Karena itu, pengawasan terhadap para pendaki yang tidak ikut membawa sampahnya saat turun perlu ditingkatkan.
Kesadaran dari para pendaki juga sangat penting. Utamanya para porter atau penunjuk arah, untuk senantiasa memberi arahan kepada para pendaki agar tidak sembarangan membuang sampah.

Para pendaki gunung dan calon pendaki sendiri masih perlu banyak diedukasi agar lebih mau menjaga dan menghargai alam.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menjaga kebersihan dan kelestarian alam kita, termasuk diantaranya objek wisata alam yang ada.
Hargai dan hormati alam kita seperti kita menghargai dan menghormati diri kita sendiri.



Referensi :
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/08/ironis-populer-lewat-media-sosial-obyek-wisata-penuh-sampah
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/06/150625_indonesia_sampah_gunung
http://news.liputan6.com/read/2279408/dibanjiri-pendaki-gunung-rinjani-dipenuhi-sampah
http://travel.kompas.com/read/2015/08/30/123200427/Sampah.di.Gunung.Salah.Siapa.











No comments:

Post a Comment

Looped Slider

Total Pageviews

Find Us On Facebook

Random Posts

Social Share

Flickr

Sponsor

Recent comments

About This Blog

Footer

Contact With Us

Name

Email *

Message *

Recent Comments

Popular Posts