Thursday 10 September 2015

Street Photography

Street Photography atau Forografer Jalanan adalah salah satu aliran dalam fotografi. Fotografi jalanan umumnya memuat objek yang diambil di ruang terbuka publik dalam kondisi candid atau tanpa pengarahan. Belum ada kesepakatan mengenai padanan yang baku untuk street photography dalam bahasa Indonesia, namun istilah fotografi jalanan sering dipakai dalam beberapa kesempatan. Foto-foto dalam street photography dapat mengambil lokasi dari berbagai ruang publik seperti jalan, pasar, mal, terminal, stasiun kereta api, dan sebagainya.
Secara umum fotografi jalanan (street photography) adalah kegiatan pemotretan yang berfokus pada kehidupan manusia di jalanan atau ruang terbuka atau ruang publik, sehingga hasilnya adalah cerminan dari masyarakat.

Tak ada yang direkayasa atau disiapkan sebelumnya. Fotografer merekam kenyataan seperti apa adanya pada suatu saat, jadi bersifat spontan dan berdasarkan insting fotografer.

Foto menggambarkan kondisi apa adanya dengan meminimalkan manipulasi objek. Dalam perkembangannya, fotografi jalanan banyak memasukkan unsur-unsur seperti surealisme, humor, dan kejutan dalam komposisinya. Untuk mendapatkan unsur-unsur tersebut dalam suatu foto, perlu dicari saat yang paling tepat dengan posisi objek yang unik.

Ada beberapa kriteria Street Photography, yaitu :
  1. Foto di ruang publik (tempat umum)
  2. Kejadian/keadaan berupa spontanitas, tidak dibuat-buat. Tetapi bisa juga sebuah keadaan yang diharapkan atau moment-moment yang kebetulan yang disebut desicive moment .
  3. Tema yang dibahas merupakan kehidupan sehari-hari yang terjadi di ruang publik. 
  4. Membuat rangkaian cerita dari aktifitas sehari-hari atau membuat suatu foto dengan memanfaatkan kehidupan sehari-hari.
  5. Orang/manusia yang dipotret tidak ditampilkan secara individu tetapi ditampilkan secara anonim sebagai sebuah tokoh dari situasi jalanan tersebut.

Aliran fotografi ini berawal dari Eropa, saat Eugene Atget mulai mengabadikan suasana jalanan kota Paris sekitar tahun 1890-an hingga 1920-an. Foto-foto Atget banyak mengambil objek arsitektural, dan hanya sedikit sekali mengambil manusia sebagai subjek foto. Hal ini berbeda sekali dengan fotografi jalanan kontemporer yang dikenal sekarang, yang hampir selalu menyertakan manusia sebagai subjek fotonya. Henri Cartier-Bresson mulai memasukkan unsur manusia dan komposisi surealismenya dalam foto-fotonya yang diambil sejak awal tahun 1940-an, hingga akhirnya aliran inilah yang makin berkembang hingga bentuk fotografi jalanan yang populer hingga sekarang.
Di Indonesia, aliran fotografi ini masih tergolong muda dibandingkan aliran lainnya. Fotografi jalanan baru mulai berkembang di Indonesia pada sekitar tahun 1990-an, dan makin populer pada dekade pertama tahun 2000-an seiring berkembangnya teknologi fotografi digital.

 Ada sejumlah saran untuk menjadi Street Photographer atau Fotografer Jalanan yang baik. Berikut ini beberapa di antaranya,
  • Mata. Punya mata yang jeli melihat objek dan momen yang menarik. Ini bisa dicapai dengan banyak latihan memotret.
  • Kamera. Sebaiknya kamera yang kecil, ringan, mudah dibawa, dan cepat dioperasikan. Kita tidak inginkan kehilangan sebuah moment yang unik atau istimewa hanya karena kita sibuk melakukan setting di kamera?
  • Hak memotret. Sudah banyak cerita dari para fotografer tentang pengalaman mereka menghadapi polisi atau orang yang punya otoritas keamanan di sebuah lokasi, tapi tak mengerti soal hukum, memaksa fotografer menghapus foto atau merampas kameranya. Bahkan, kadang mereka bersikap kasar hingga memukulnya. Ingat, tidak semua tempat itu bebas untuk memotret, alangkah baiknya kita bertanya atau meminta izin terlebih dahulu sebelum memotret.
  • Gunakan akal sehat. Kalau Anda tak tahu aturan di daerah tersebut, pertimbangkanlah untuk minta izin saja.
  • Pemotretan yang aman. Kalau Anda masih ragu aman tidaknya memotret, maka pertimbangkan ini: memotret di sebuah acara yang terbuka untuk umum, tempat yang dipenuhi orang dan fotografer, tidak memotret wajah orang, memotret orang dari belakang/punggung, dan memotret dari jarak jauh (dengan lensa tele).
  • Foto hitam-putih adalah jenis yang populer, tapi beberapa fotografer juga dapat menghasilkan foto berwarna yang menarik. Anda bisa pilih mana saja, tapi ada baiknya mencoba keduanya. Kembali ke selera Anda.
  • Mode otomatis. Jangan ragu ataupun malu menggunakan mode otomatis pada kamera Anda. Itu mempermudah dan mempercepat pemotretan. Bukan pengaturan kamera yang membuat Anda jadi fotografer yang baik, tapi hasil foto Anda. 
  • Kamera digital. Sekarang sudah banyak tersedia kamera digital dalam beragam jenis dan harga. Salah satu kelebihan kamera ini adalah Anda dapat langsung melihat hasil dari pemotretan, sehingga bisa langsung mencoba memotret lagi.
  • Tampil beda. Sudut pandang pemotretan penting agar foto Anda tidak membosankan. Cobalah berbagai perspektif lain dalam memotret. Anda bisa memotret dari sudut tinggi seperti burung atau rendah seperti katak. Jangan selalu terpaku dengan hasil foto orang lain, walaupun itu forografer favorit Anda.
  • Posisi cahaya. Perhatikan arah datangnya cahaya. Tips umumnya adalah jika Anda ingin memotret wajah (foto potret), cahaya berada di belakang Anda. Jika Anda ingin memotret bentuk (siluet), cahaya berada di depan Anda.
  • Foto seri. Anda perlu mendapat foto pada momen yang tepat, tapi kadang kita tak tahu mana yang momen yang tepat itu. Cobalah membuat foto seri atau memotret secara beruntun dan memilihnya nanti. Hal ini tidak sulit sekarang karena sudah ada kamera digital: Anda tinggal pilih foto terbaik di komputer dan menghapus yang tak perlu.
  • Lupakan Editing. Banyak fotografer yang mengandalkan editing dengan program Photoshop atau program penyunting gambar lain untuk menyunting fotonya. Fotografi jalanan tidak bertumpu pada pemrosesan ini, yang berbeda dari foto fashion misalnya. Bahkan, beberapa fotografer jalanan melarang penyuntingan atas hasil fotonya.
  • Perhatikan keadaan sekitar. Hal-hal yang sering kita lewati atau kita lakukan berulang-ulang akan menjadi menarik kita kita mencoba melihatnya dari berbagai sudut pandang yang berbeda.
  • Interaksi sosial dengan lingkungan sekitar dan perhatikan privacy orang. Ingat, beda tempat terkadang beda juga aturannya.
  • Bersabarlah menunggu moment. Moment yang unik dan istimewa terkadang tidak datang begitu saja. Disitulah kesabaran kita akan diuji untuk menunggunya. Street photography berbeda dengan aliran fotografi yang lainnya karena tidak bisa direncanakan sesuai keinginan kita. Hal itu dikarenakan obyeknya adalah orang-orang yang ada di jalanan yang tidak kita kenal, tentunya sulit bagi kita untuk bisa memerintah mereka untuk berpose. Jika kita ingin mendapatkan cerita yang diinginkan maka kita harus menunggu, dan kesabaran tentu menjadi sangat penting. Menunggu dan sabar.
  • Teruslah berjalan. Selain menunggu ada cara lain yaitu dengan terus berjalan keseluruh sudut wilayah tempat hunting. Simpel kan ? Duduk saja diam yang mungkin membosankan atau berjalan yang tentu melelahkan. Terserah pilihan Anda.
  • Perhatikanlah elemen jalanan di sekitar kita, misalnya papan iklan, jembatan penyeberangan, bayangan orang, genangan air, arsitektur bangunan dan lain-lain.
  • Jangan takut untuk bereksperimen.
  • Komposisi. Sebuah komposisi foto yang bagus akan menambah kekuatan foto itu. 
  • Berpakaian yang sesuai. Menjadi seorang street photographer berarti membaur dengan keramaian. Jika Anda keluar rumah dengan baju yang mencolok, jangan harap orang tidak akan memperhatikan Anda saat memotret. 
  • Matikan flash dan atur setting kamera sebelum keluar rumah. Tidak ada yang lebih menarik perhatian daripada flash yang menyilaukan, bahkan di siang hari.

Beberapa hal yang harus kita hindari di saat menjadi seorang Street Photographer adalah :
  • Jangan gunakan kamera yang berisik atau yang efek suaranya tidak bisa dimatikan. Sebaiknya Anda tidak menarik perhatian saat memotret.
  • Jangan tampil seperti seorang fotografer. Idealnya, Anda akan tampil seperti pejalan kaki pada umumnya.
  • Jangan mengikuti orang atau bertingkah seperti orang aneh. Meskipun Anda lihai dalam hal ini, tapi tidak ada orang yang suka diikuti. Bahkan tidak mungkin Anda akan mendapatkan masalah.
  • Jangan terlalu mendekat pada orang kemudian memotret tepat di depan wajahnya. Bukan hanya orang tersebut akan tersinggung, tapi juga foto yang Anda hasilkan akan kehilangan kesan candid yang diperlukan.

 Berikut ini adalah beberapa contoh street photography yang saya buat




Untuk lebih lengkapnya, silakan kunjungi https://bedypicture.wordpress.com/




Referensi :
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Fotografi_jalanan
2. http://gaya.tempo.co/read/news/2014/05/25/108580226/apa-itu-fotografi-jalanan
3. http://tipsfotografi.net/belajar-fotografi-memotret-jalanan-atau-street-photography.html
4. http://rumorkamera.com/catatan-kami/catatan-mengenai-fotografi-jalanan-street-fotografi/
5. http://fotonela.com/1248/bagaimana-cara-memulai-street-photography/
 

Wednesday 9 September 2015

Menghargai Sebuah Pengorbanan

"Pernah gak kamu menolak sebuah bantuan atau pemberian dari teman padahal hal itu sama sekali tidak merugikan atau bikin dosa?", Entah kenapa Bapak tiba-tiba bertanya kepadaku. Beliau masih menatap dengan pandangan mata yang teduh ke arahku sembari memainkan asap rokoknya.
Di sore yang mendung itu, kami nongkrong bareng di teras rumah. Terkadang memang kami duduk di teras sembari membicarakan hal-hal yang enteng.

"Pasti pernah kan?" Tanya Bapak lagi.
Aku hanya bisa menganggukkan kepala perlahan.

"Nah, pernah gak kamu berpikir kalau penolakanmu itu bisa bikin temanmu sakit hati?"

Busyet daah..kayaknya belum pernah atau bahkan belum sempat aku berpikir sejauh itu.

"Yaa..gak mikir sampai kesana sih Pak."

"Lagian Pak, kalau orang itu ikhlas nawarin sesuatu ke kita andaikata kita tolak kan harusnya dia gak sakit hati?" Aku balik bertanya.

Bapak membetulkan posisi kopiah yang menutupi rambutnya yang sebagian sudah berwarna putih.
"Masalah tulus dan ikhlas itu kan urusan dia ama Tuhannya. Masalah dia dengan hatinya sendiri."

Bapak berhenti sejenak, lalu dia berdiri untuk mengambil beberapa daun kering yang ada di teras rumah kemudian membuangnya ke tempat sampah.

Duh, lupa belum kusapu nih teras.

"Itu bukan urusan kita." Lanjut Bapak sembari mematikan puntung rokoknya.
"Nah, urusan kita ini adalah bagaimana menjaga perasaan orang lain, terutama teman kita. Janganlah kita sampai menyakiti hati atau perasaan teman kita."

Aduuh..benar-benar bingung aku. Ini maksudnya apa sih? Tujuan pembicaraannya kemana sih? Duuh Pak..jangan buat pusing anakmu ini??!!

"Gini nih, Bapak jelasin." Sepertinya Bapak tahu kebingungan yang ada di dalam otakku yang kualitasnya tak seberapa ini.

"Kamu bisa tahu gak kalau orang itu ikhlas dan tulus? Gak bisa! Yang bisa kamu lakuin hanyalah menebak-nebak."
"Dan belum tentu tebakanmu itu jitu!" Sambung Bapak.

Saat ini aku benar-benar bingung.

Bapak kembali mengambil rokok lalu menyalakannya.
"Pas SD dulu pasti diajarin ama guru untuk menyayangi orang lain dan untuk tidak menyakitinya kan? Semua agama pun pasti akan mengajarkan kasih sayang seperti itu kan?"
"Kalau kita belum bisa berbuat baik untuk orang lain,setidaknya janganlah kita menyakiti orang lain. Hargai dan hormati orang lain, terutama teman."

Ingatanku kembali ke masa sekolah dulu, mencoba mengingat-ingat tentang pelajaran moral di jaman dulu.

"Iya Pak, kurasa semua agama juga pasti mengajarkan kebaikan seperti itu."

Kali ini Bapak berpindah posisi duduknya.

"Naah, itu dia. Balik ke masalah tadi."
 "Masalah teman kita itu tulus atau tidak, ikhlas atau tidaknya itu urusannya dia. Urusan kita adalah menjaga agar kita tidak menyakiti hatinya."

"Kamu bisa tahu gak mana amal perbuatanmu yang pasti diterima Allah? Mana amal ibadahmu yang pasti diterima-Nya? "

Busyet dah.. Pertanyaan macam apa ini?

"Ya gak tahu lah Pak." Jawabku singkat.

"Betul sekali, kita tidak akan bisa tahu itu."
Bapak mematikan rokok di asbak kayu hasil buatannya. Lalu dia melanjutkan lagi kalimatnya.
"Kita sebagai hamba Allah mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada-Nya dengan sebaik mungkin. Masalah amal ibadah kita diterima atau tidaknya, itu hanya Allah yang tahu karena Dialah Yang Maha Tahu Segalanya. Menghormati dan menghargai sesama manusia juga termasuk ibadah. Dalam Islam, selain Habluminallah juga ada Hablumminannas kan?"

"Jangan pernah menyepelekan pemberian orang. Walau terlihat sederhana, walau tak seberapa, baik itu harga maupun jumlahnya, bukan tidak mungkin perjuangan dan pengorbanan besar harus dia lakukan demi itu."
Bapak kembali melanjutkan omongannya.
"Misalnya nih, ada orang yang sedang benar-benar gak punya uang, bahkan dia bingung belum makan sama sekali karena tidak punya uang. Terus ada temannya, misal si A yang memberikan uang Rp 10.000,00 ke dia. Selang beberapa saat, datang si B. Dia memberikan uang kepada orang itu sebesar Rp 50.000,00. Sekilas lebih banyak pemberian si B daripada si A kan?"
"Ada orang yang di dalam kondisi seperti itu berterima kasih dengan kedua temannya itu dengan kadar terima kasih yang sama, tapi ada juga yang berterima kasih dengan kadar yang berbeda. Mungkin karena si B memberikan uang yang jumlahnya lebih besar dari si A lalu dia lebih berterima kasih kepada si B."

Waaah..menarik nih kayaknya.

Bapak melanjutkan pembicaraannya.
"Tapi orang tidak tahu berapa jumlah uang yang sebenarnya dimiliki oleh si A dan si B. Kalau uang si A ternyata hanya Rp 20.000,00 dan uang si B itu Rp 200.000,00 berarti lebih besar pengorbanan siapa? Si A kan?"

Wah..iya ya? Bener juga.

"Maka dari itu, sekecil apapun itu, kita harus menghargai pengorbanan orang lain." Lanjut Bapak.
"Itu tadi hanya contoh kecil, di kehidupan masih banyak contoh yang bisa ditemuin." Sambung Bapak.

Itulah sekilas obrolan saya dengan almarhum ayah saya di suatu sore.
Sebuah obrolan singkat dan ringan tapi bagi saya maknanya sangat dalam. Pemberian orang lain baik itu berupa tenaga ataupun barang pastilah terkandung pengorbanan di dalamnya.
Masalah keikhlasan dan ketulusan memang itu urusan orang itu sendiri dengan hatinya dan dengan Tuhannya.

Dan saya sendiri akan berusaha untuk tidak sakit hati jika pemberian saya ditolak oleh orang lain, sebuah pembelajaran tentang keikhlasan dan ketulusan untuk diri saya sendiri.

Artikel yang saya tulis ini bukan bermaksud untuk "menggurui" atau "sok pintar" dan lain sebagainya. Saya hanya ingin sekedar berbagi cerita. Saya sadar, derajat ilmu agama saya masih sangat rendah.

Semoga bermanfaat untuk semua.










Teruntuk almarhum Ayah saya :
Terima kasih atas semua bimbingan dan ajarannya. 
Tugasmu di dunia fana sudah selesai Pak, biarkan anakmu yang melanjutkan apa yang engkau perjuangkan.





Friday 4 September 2015

Ketika Objek Wisata Menjadi Tempat Pembuangan Sampah

Tulisan saya ini masih ada hubungannya dengan tulisan sebelumnya yang berjudul Pecinta Alam atau Perusak Alam.
Indonesia adalah suatu negara dengan kekayaan alam yang melimpah, termasuk di dalamnya adalah wisata alamnya. Bahkan hal itu yang menjadikan Indonesia terkenal di mata dunia.

Bahkan dengan adanya sosial media, beberapa objek wisata yang "tersembunyi' pun bisa menjadi populer. Objek wisata yang awalnya sepi bisa berubah menjadi populer setelah beberapa wisatawan mempublikasikannya di sosial media, baik itu melalui tulisan atau melalui foto-foto.

Ironisnya, beberapa tempat wisata yang populer dan terkenal karena sosial media menjadi ramai dan kotor oleh sampah-sampah yang ditinggalkan oleh para wisatawan.
Hal itu disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena ketidaksiapan Pemerintah setempat dan atau mental dari wisatawan itu sendiri.

Terkadang ada beberapa objek wisata yang tidak menyediakan tempat sampah atau memiliki fasilitas tempat pembuangan sampah dengan jumlah yang minim.
Ditambah lagi dengan kurangnya kesadaran dan kepedulian beberapa wisatawan yang dengan tanpa rasa dosa membuang sampahnya ke sembarang tempat.

Sebagai contoh, kita bisa melihat di beberapa media massa tentang banyaknya sampah yang terdapat di gunung-gunung yang sering didaki.
sumber : www. wisatagunung.com

sumber : jogja.tribunnews.com


Ada pendaki yang mendaki gunung hanya untuk berfoto-foto dengan menantang bahaya, mengibarkan bendera atau menuliskan sebuah nama di kertas. Sayangnya, kertas-kertas tidak mereka buang begitu saja. Ditambah lagi sampah dari botol-botol air mineral yang mereka tinggalkan begitu saja.
Data Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru menunjukkan setiap pengunjung membuang sekitar 0,5 kilogram sampah di Gunung Semeru. Padahal, setiap hari gunung tersebut disambangi 200 hingga 500 pendaki. Artinya, di Gunung Semeru ada sekitar 250 kilogram sampah per hari.
Kondisi tersebut tidak hanya terjadi di Gunung Semeru. Sejumlah aktivis lingkungan mengatakan tumpukan sampah di taman nasional dan gunung di Indonesia menjadi panorama umum.

Begitu pula Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menyatakan, jalur pendakian Gunung Rinjani masih dipenuhi sampah.
Pihak BTNGR sudah berupaya mengatasi masalah sampah ini, salah satu upaya itu adalah memberikan kantong plastik kepada para pendaki sebagai tempat sampah, dan selanjutnya membawanya kembali turun ke bawah.
Namun seringkali para pendaki tidak membawa sampah saat turun dengan alasan sudah dibuang saat  perjalanan turun. Karena itu, pengawasan terhadap para pendaki yang tidak ikut membawa sampahnya saat turun perlu ditingkatkan.
Kesadaran dari para pendaki juga sangat penting. Utamanya para porter atau penunjuk arah, untuk senantiasa memberi arahan kepada para pendaki agar tidak sembarangan membuang sampah.

Para pendaki gunung dan calon pendaki sendiri masih perlu banyak diedukasi agar lebih mau menjaga dan menghargai alam.

Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menjaga kebersihan dan kelestarian alam kita, termasuk diantaranya objek wisata alam yang ada.
Hargai dan hormati alam kita seperti kita menghargai dan menghormati diri kita sendiri.



Referensi :
http://nationalgeographic.co.id/berita/2015/08/ironis-populer-lewat-media-sosial-obyek-wisata-penuh-sampah
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2015/06/150625_indonesia_sampah_gunung
http://news.liputan6.com/read/2279408/dibanjiri-pendaki-gunung-rinjani-dipenuhi-sampah
http://travel.kompas.com/read/2015/08/30/123200427/Sampah.di.Gunung.Salah.Siapa.











Wednesday 2 September 2015

Pecinta Alam atau Perusak Alam

Bagi yang sering atau hobi menonton acara televisi pasti pernah atau sering menonton acara yang berbau petualangan-petualangan seru. Kita bisa melihat pemandangan yang indah dan menawan yang ada di Indonesia dan tentu saja dengan dilengkapi oleh pembawa acara yang tak kalah menariknya.
Lagian, gak mungkin banget kan orang jelek disuruh membawakan sebuah acara televisi? Bisa-bisa jeblok tuh rating hahahahahaa...

Banyaknya akun di sosial media yang bertemakan travelling atau adventure juga mendorong jiwa-jiwa muda untuk beranjak berpetualang.
Kalimat yang sering diposting di sosial media seperti "Jangan di rumah saja, Indonesia itu indah lho" membuat banyak anak muda termotivasi untuk menikmati alam Indonesia.
Hal-hal seperti itu berhasil menggugah hasrat anak muda untuk ikutan berpetualang seperti itu.
Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya anak muda yang mendaki gunung. Sebagai orang yang hidup dan dibesarkan di daerah pegunungan, saya bisa melihat perbedaan jumlah pendaki yang signifikan jika dibandingkan dengan jaman dulu.
Bagi saya itu suatu hal yang positif apalagi dari segi ekonomi.
Bisa memberikan rezeki untuk para sopir bis, untuk para penyewa alat-alat gunung ataupun untuk warga di kaki gunung.

Tujuan untuk memperkenalkan alam Indonesia yang cantik dan indah ke dunia luar pun bisa dibilang sukses. Banyak pendaki yang mendaki sembari memotret pemandangan yang ada kemudian di upload di sosial media seperti Facebook atau Instagram yang tentu saja bisa dilihat oleh semua orang ada di dunia.
Tentu saja selama akunnya tidak diprivat lho ya ini hahahahaa...

Gunung yang biasanya sepi menjadi ramai, khususnya di akhir pekan ataupun di musim liburan.

Dan tentu saja Pemerintah akan ikutan untuk senang dan berbangga karena misi untuk menarik wisatawan supaya datang berkunjung sedikit banyak telah dibantuk oleh anak-anak muda itu.

Terus,adakah hubungannya artikel ini dengan judul di atas?
Tentu saja ada.

Untuk semua hal (apapun itu) pasti ada efek positif dan efek negatifnya.
Apakah berpetualang itu menimbulkan efek negatif?
Selama petualangan itu dilakukan oleh pecinta alam yang sesungguhnya, saya kita tidak akan ada efek negatif yang akan ditimbulkan. Efek negatif itu hanya akan muncul jika petualangan atau pendakian tersebut dilakukan oleh para "pecinta alam".

Pecinta alam dengan tanda kutip tersebut adalah bukan pecinta alam sesungguhnya. Mereka hanyalah pecinta alam abal-abal.
Seorang pecinta alam yang sesungguhnya jikalau mendatangi suatu objek wisata pasti mempunyai prinsip "Jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu, dan jangan mengambil sesuatu kecuali foto/gambar."

Bagaimana dengan pecinta alam abal-abal yang nan alay tersebut? Mereka sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Mungkin yang terpenting bagi mereka adalah bisa berfoto-foto selfie di ketinggian atau di tempat yang bagus lalu di share di akun sosial medianya. Mereka berlomba-lomba untuk pamer foto atau untuk sekedar tampak gagah.

Di saat mendaki gunung pun mereka biasanya tanpa persiapan yang memadai. Tanpa persiapan fisik dan mental, tidak mengetahui atau kurangnya pengetahuan tentang rute yang akan ditempuh, dan  tanpa membawa perlengkapan yang memadai,bahkan termasuk diantaranya adalah logistik.
Takjarang mereka bersikap sok jago dengan mencari jalur baru di luar jalur resmi yang ada dengan alasan mencari tantangan.

Hal-hal seperti itu bisa berakibat fatal, mulai dari kelaparan, hipotermia, tersesat dan bahkan kecelakaan yang mengakibatkan cedera fatal atau meninggal.

Terus apa yang dilakukan oleh "pecinta alam" itu saat di alam?
Coret sana-sini sepertinya menjadi sebuah ritual wajib resmi mereka, untuk menandakan bahwa mereka pernah disini atau untuk menuliskan nama orang yang mereka cintai.
Batu, kayu, pohon dan benda-benda lain menjadi korban ritual mereka.





Atau mungkin yang sedang menjadi trend sekarang adalah menuliskan sesuatu di kertas kemudian difoto dengan menggunakan background pemandangan yang ada.
Hal tersebut memang tidak salah selama kertas itu dibawa pulang lagi atau setidaknya tidak dibuang sembarangan.






Hal-hal seperti itulah yang mengakibatkan menumpuknya sampah-sampah di daerah gunung. Belum lagi botol-botol air mineral atau sampah-sampah yang lain yang ditinggalkan begitu saja. Seakan-akan gunung/alam sudah menjadi tempat pembuangan sampah.
Ingat "Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak!"

Kita mungkin sudah mengetahui dari media massa bahwa ada beberapa gunung yang mengalami kebakaran di hutannya dengan berbagai macam penyebabnya.
Ada yang disebabkan karena puntung rokok yang dibuang secara sembarangan oleh pendaki dan ada yang disebabkan karena api unggun yang belum benar-benar dimatikan.
Hanya karena kelalaian yang kecil berakibat fatal bagi semua, termasuk habitat dan ekosisten yang ada di gunung.

Saya sama sekali tidak menyalahkan acara-acara yang ada di televisi yang bertemakan petualangan/adventure ataupun akun-akun adventure di sosial media karena semua itu pasti diimbangi dengan adanya petuah-petuah tentang lingkungan.
Tapi sayangnya tidak semua orang yang berpetualang itu tidak disertai dengan kesadaran hati tentang lingkungan.
Bagi mereka, yang penting berpetualang, yang penting terlihat gagah, yang penting bisa posting foto-foto di sosial media.

Bagi Anda yang benar-benar ingin berpetualang di alam bebas, marilah sama-sama kita menjaga alam kita demi anak cucu kita kelak.
Jadilah pencinta alam yang sesungguhnya. Hargailah alam seperti kita menghargai diri kita sendiri.
Ingat, semua yang ada di alam kita ini adalah titipan dari Tuhan untuk anak cucu kita.












Looped Slider

Total Pageviews

Find Us On Facebook

Random Posts

Social Share

Flickr

Sponsor

Recent comments

About This Blog

Footer

Contact With Us

Name

Email *

Message *

Recent Comments

Popular Posts