Wednesday 2 September 2015

Pecinta Alam atau Perusak Alam

Bagi yang sering atau hobi menonton acara televisi pasti pernah atau sering menonton acara yang berbau petualangan-petualangan seru. Kita bisa melihat pemandangan yang indah dan menawan yang ada di Indonesia dan tentu saja dengan dilengkapi oleh pembawa acara yang tak kalah menariknya.
Lagian, gak mungkin banget kan orang jelek disuruh membawakan sebuah acara televisi? Bisa-bisa jeblok tuh rating hahahahahaa...

Banyaknya akun di sosial media yang bertemakan travelling atau adventure juga mendorong jiwa-jiwa muda untuk beranjak berpetualang.
Kalimat yang sering diposting di sosial media seperti "Jangan di rumah saja, Indonesia itu indah lho" membuat banyak anak muda termotivasi untuk menikmati alam Indonesia.
Hal-hal seperti itu berhasil menggugah hasrat anak muda untuk ikutan berpetualang seperti itu.
Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya anak muda yang mendaki gunung. Sebagai orang yang hidup dan dibesarkan di daerah pegunungan, saya bisa melihat perbedaan jumlah pendaki yang signifikan jika dibandingkan dengan jaman dulu.
Bagi saya itu suatu hal yang positif apalagi dari segi ekonomi.
Bisa memberikan rezeki untuk para sopir bis, untuk para penyewa alat-alat gunung ataupun untuk warga di kaki gunung.

Tujuan untuk memperkenalkan alam Indonesia yang cantik dan indah ke dunia luar pun bisa dibilang sukses. Banyak pendaki yang mendaki sembari memotret pemandangan yang ada kemudian di upload di sosial media seperti Facebook atau Instagram yang tentu saja bisa dilihat oleh semua orang ada di dunia.
Tentu saja selama akunnya tidak diprivat lho ya ini hahahahaa...

Gunung yang biasanya sepi menjadi ramai, khususnya di akhir pekan ataupun di musim liburan.

Dan tentu saja Pemerintah akan ikutan untuk senang dan berbangga karena misi untuk menarik wisatawan supaya datang berkunjung sedikit banyak telah dibantuk oleh anak-anak muda itu.

Terus,adakah hubungannya artikel ini dengan judul di atas?
Tentu saja ada.

Untuk semua hal (apapun itu) pasti ada efek positif dan efek negatifnya.
Apakah berpetualang itu menimbulkan efek negatif?
Selama petualangan itu dilakukan oleh pecinta alam yang sesungguhnya, saya kita tidak akan ada efek negatif yang akan ditimbulkan. Efek negatif itu hanya akan muncul jika petualangan atau pendakian tersebut dilakukan oleh para "pecinta alam".

Pecinta alam dengan tanda kutip tersebut adalah bukan pecinta alam sesungguhnya. Mereka hanyalah pecinta alam abal-abal.
Seorang pecinta alam yang sesungguhnya jikalau mendatangi suatu objek wisata pasti mempunyai prinsip "Jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak, Jangan membunuh sesuatu kecuali waktu, dan jangan mengambil sesuatu kecuali foto/gambar."

Bagaimana dengan pecinta alam abal-abal yang nan alay tersebut? Mereka sama sekali tidak peduli dengan semua itu. Mungkin yang terpenting bagi mereka adalah bisa berfoto-foto selfie di ketinggian atau di tempat yang bagus lalu di share di akun sosial medianya. Mereka berlomba-lomba untuk pamer foto atau untuk sekedar tampak gagah.

Di saat mendaki gunung pun mereka biasanya tanpa persiapan yang memadai. Tanpa persiapan fisik dan mental, tidak mengetahui atau kurangnya pengetahuan tentang rute yang akan ditempuh, dan  tanpa membawa perlengkapan yang memadai,bahkan termasuk diantaranya adalah logistik.
Takjarang mereka bersikap sok jago dengan mencari jalur baru di luar jalur resmi yang ada dengan alasan mencari tantangan.

Hal-hal seperti itu bisa berakibat fatal, mulai dari kelaparan, hipotermia, tersesat dan bahkan kecelakaan yang mengakibatkan cedera fatal atau meninggal.

Terus apa yang dilakukan oleh "pecinta alam" itu saat di alam?
Coret sana-sini sepertinya menjadi sebuah ritual wajib resmi mereka, untuk menandakan bahwa mereka pernah disini atau untuk menuliskan nama orang yang mereka cintai.
Batu, kayu, pohon dan benda-benda lain menjadi korban ritual mereka.





Atau mungkin yang sedang menjadi trend sekarang adalah menuliskan sesuatu di kertas kemudian difoto dengan menggunakan background pemandangan yang ada.
Hal tersebut memang tidak salah selama kertas itu dibawa pulang lagi atau setidaknya tidak dibuang sembarangan.






Hal-hal seperti itulah yang mengakibatkan menumpuknya sampah-sampah di daerah gunung. Belum lagi botol-botol air mineral atau sampah-sampah yang lain yang ditinggalkan begitu saja. Seakan-akan gunung/alam sudah menjadi tempat pembuangan sampah.
Ingat "Jangan meninggalkan sesuatu kecuali jejak!"

Kita mungkin sudah mengetahui dari media massa bahwa ada beberapa gunung yang mengalami kebakaran di hutannya dengan berbagai macam penyebabnya.
Ada yang disebabkan karena puntung rokok yang dibuang secara sembarangan oleh pendaki dan ada yang disebabkan karena api unggun yang belum benar-benar dimatikan.
Hanya karena kelalaian yang kecil berakibat fatal bagi semua, termasuk habitat dan ekosisten yang ada di gunung.

Saya sama sekali tidak menyalahkan acara-acara yang ada di televisi yang bertemakan petualangan/adventure ataupun akun-akun adventure di sosial media karena semua itu pasti diimbangi dengan adanya petuah-petuah tentang lingkungan.
Tapi sayangnya tidak semua orang yang berpetualang itu tidak disertai dengan kesadaran hati tentang lingkungan.
Bagi mereka, yang penting berpetualang, yang penting terlihat gagah, yang penting bisa posting foto-foto di sosial media.

Bagi Anda yang benar-benar ingin berpetualang di alam bebas, marilah sama-sama kita menjaga alam kita demi anak cucu kita kelak.
Jadilah pencinta alam yang sesungguhnya. Hargailah alam seperti kita menghargai diri kita sendiri.
Ingat, semua yang ada di alam kita ini adalah titipan dari Tuhan untuk anak cucu kita.












No comments:

Post a Comment

Looped Slider

Total Pageviews

Find Us On Facebook

Random Posts

Social Share

Flickr

Sponsor

Recent comments

About This Blog

Footer

Contact With Us

Name

Email *

Message *

Recent Comments

Popular Posts