Wednesday 11 January 2017

Muslim yang Lucu

"Muslim macam apa ini?"
Ucap Badrun sedikit berteriak namun lumayan mengagetkanku.

"Kamu tuh kenapa tho Drun? Waras?"
"Alhamdulillah Wasyukurillah, aku masih waras. Aku masih sehat."
"Apa ya gara-gara aku teriak trus dicap gak waras gitu?"
Badrun malah balik bertanya kepadaku.

"Lha iya tho, perasaan tadi kita lagi ngobrol baik-baik, trus kamu ngeliatin hapemu, lalu diam sejenak trus kok tiba-tiba teriak kayak gitu?"

Memang aku dan Badrun sering menghabiskan sore sembari ngobrol ngalor-ngidul, terkadang ngobrolin politik, ngobrolin masalah ekonomi termasuk naiknya harga cabe, ngobrolin bunga desa sebelah, ngobrolin apa aja yang bisa dijadikan bahan obrolan.

"Jadi gini,"
Badrun berhenti sejenak karena sibuk menyalakan rokok yang ada di mulutnya yang kering.

"Aku melihat ada beberapa kaum Muslim yang lucu."
"Lho, lucu gimana tho Drun? Pelawak kah?"
"Ealaaah..bukan itu!"
"Ada teman nih, teman aku sendiri, dia muslim. Aku sering lihat dia Shalat. Trus dia bilang sendiri kalau dia itu sangat mengidolakan Nabi Besar kita Rasulullah SAW bahkan ingin mengikuti segala sunnah Rasul."
"Lha trus dimana lucunya Drun?"
"Hisssh, makanya jangan dipotong dulu omonganku!! Dengerin dulu!"

Aku terdiam sembari mengangguk tanda mengiyakan.

"Nah, selama hidupnya kan Rasulullah penuh dengan kesederhanaan kan? Jauh dari kata kemewahan duniawi, betul kan?"
Aku mengangguk lagi.
"Tapi dia hidupnya senang dengan kemewahan, dan mungkin merasa tersiksa kalau disuruh hidup sederhana."

"Itu temanmu kan Drun? Udah coba kamu ingatkan?"

"Lha ya sudah tho yo. Sesama Muslim kan aku mencoba mengingatkannya. Ee, malah katanya terserah dia, kan semua ini hasil jerih payah dia sendiri, hasil dia banting tulang, hasil dia kerja keras dan dia berhak untuk menikmati semua hasil kerja kerasnya itu."
"Kan lucu tho Kang? Ngakunya pengikut Rasulullah, Rasulullah saja hidupnya sederhana tapi dia malah suka dengan kemewahan dan malu untuk hidup sederhana. Kocak kan Kang? Hahahaha."

Badrun tertawa terpingkal-pingkal sendiri.

"Ada lagi nih Kang yang lucu."
"Ada teman yang selalu mengucap syukur Alhamdulillah saat kerja kerasnya membuahkan hasil, bahkan dia nulis Alhamdulillah juga di berbagai sosmednya sebagai tanda bersyukur. Aku rasa sih itu bagus. Namun apa yang dia lakukan setelah mengucap Hamdallah itu yang bikin lucu."

Badrun terdiam sebentar lalu melanjutkan perkataannya.
"Masak sehabis bersyukur, dia party ma teman-temannya, pesta, lalu minum alkohol? Kan lucu to Kang? Jangan nanya udah kuingetin apa belum karena pasti udah kuingetin."
"Dia malah ngotot melakukan pembenaran atas perbuatannya itu, katanya dia pantas merayakannya karena setelah semua duka, getir, kerja keras yang mungkin mempertaruhkan segalanya bahkan nyawanya akhirnya dia berhasil. Itung-itung syukuran katanya, kan lucu tho yo? Hahahahaha.."

Lagi-lagi Badrun tertawa terbahak-bahak, bahkan gelas kopi yang dipegangnya sampai nyaris terjatuh.

Aku benar-benar tidak menyangka, kawanku Badrun memiliki pemikiran seperti itu, padahal dia hanya lulusan sekolah dasar.
Dia jauh lebih peduli daripada aku.
Dia jauh lebih agamis daripada aku.















No comments:

Post a Comment

Looped Slider

Total Pageviews

Find Us On Facebook

Random Posts

Social Share

Flickr

Sponsor

Recent comments

About This Blog

Footer

Contact With Us

Name

Email *

Message *

Recent Comments

Popular Posts