Lelaki bertampang kusam itu hanya duduk terdiam di pojokan ruangan,
ruangannya yang sempit,
layaknya seekor kecoak yang terjepit tak berdaya,
Dia hanya diam membatu,
sambil sesekali menggaruk-garuk rambutnya yang tidak terawat.
"Pecundang",
begitulah dia menamai dirinya.
"Aku tak lebih dari seorang pecundang,
seorang yang tak bisa berbuat apa-apa,
atau lebih tepatnya seekor pecundang?"
"Aku selalu berkoar-koar siap membantu, tetapi,
saat aku dibutuhkan,
aku tak bisa berbuat banyak untuk membantu,
Apa itu bukan pecundang?"
"Aku telah mengecewakan orang-orang terdekatku,
bahkan, aku juga mengacaukan mimpi-mimpi indah mereka,
masih layakkah aku disebut bukan pecundang?"
"Aku selalu berteriak-teriak akan selalu ada untuk mereka,
namun, disaat mereka memerlukan kehadiranku,
aku malah menghilang,
Pecundang macam apa lagi diriku?"
"Aku akan selalu mendoakan kalian,
What? Doa?
Hahahaha...pasti aku sedang bercanda?
Jangankan memohon sesuatu kepada-Nya,
Dengan-Nya pun aku tidak akrab,
Dengan-Nya pun aku tidak dekat,
Bagaimana doaku bisa terkabul?
Tuhan pun pasti akan mentertawakanku,
Selain pecundang, aku juga pendosa besar."
"Memohon kepada Tuhan?
Bahkan terkadang aku sendiri bingung,
apa dan siapa yang kusembah.
Aku memang beragama,
setidaknya itu yang tertulis di secarik kertas identitasku,
tapi kenapa aku sering menyembah uang?
tapi kenapa aku sering menyembah harta?
Menyembah kekuasaan?
Menyembah kemuliaan hidup?
Menyembah derajat?
Itu semuakah Tuhanku?
Dia kembali larut dalam keheningan,
ada rasa penyesalan yang menyesaki dadanya,
ada pemberontakan di dalam pikirannya,
tapi dia tak tahu harus berbuat apa.
"Sebenarnya aku bukan seorang penakut,
tapi entah kenapa tiba-tiba aku menjadi penakut seperti ini,
Aku takut kehilanganmu,
Aku takut menatap masa depanku,
Aku takut melangkah ke depan,
Aku takut dengan kesendirianku,
Aku takut sengsara,
Aku takut miskin,
Aku takut akan duka,
Aku takut....
Dasar pecundang!!"
Braaaakk
Tiba-tiba lelaki itu meninju tembok yang setia menemaninya.
Sang tembok pun retak dan berdarah.
"Hei, kau yang disana!!
Iya, kau!!
Jawab pertanyaanku!!
Masih pantaskah aku menemanimu?
Masih layakkah aku mendampingimu?
Pikirkan dahulu baik-baik sebelum engkau menjawab!
Bukankah aku sama sekali tidak berguna?
Bukankah aku sama sekali tidak bisa membantu segala kesusahan?
Bukankah aku hanya bisa membuat masalah?
Bukankah aku bisanya hanya menyusahkan?
Bukankah aku malah membuat sial?"
"Seorang pecundang dan pendosa seperti aku,
sama sekali tidak layak bagi siapapun.
Sama sekali tidak pantas dijadikan kawan."
Dasar pecundang!!
Dasar Pendosa!!
Hanya sebuah cerita tentang diri saya sendiri yang sangat jauh dari kesempurnaan hidup
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Looped Slider
Total Pageviews
Find Us On Facebook
Random Posts
Social Share
Sponsor
Recent comments
Linkbar
About This Blog
Footer
Contact With Us
Recent Comments
Popular Posts
-
Street Photography atau Forografer Jalanan adalah salah satu aliran dalam fotografi. Fotografi jalanan umumnya memuat objek yang diambil di...
-
Tablanusu Pantai Tablanusu berada di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre,Kabupaten Jayapura, Papua. Walaupun jauh di ujung timur Indon...
-
Lama juga saya tidak membuka dan menulis disini, mungkin karena saya terlalu fokus di dunia nyata dan blog yang saya buka bukan yang ini tap...
-
sayonara my friend Tuhanlah yang mempertemukan, dan Tuhanlah yang memisahkan. Ikhlas tidak ikhlas, rela tidak rela, yang pergi teta...
-
Kita sebagai manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan ini,kita membutuhkan orang lain,kita tidak bisa hidup sendiri dan...
-
Lelaki bertampang kusam itu hanya duduk terdiam di pojokan ruangan, ruangannya yang sempit, layaknya seekor kecoak yang terjepit tak berda...
-
Bagi yang sering atau hobi menonton acara televisi pasti pernah atau sering menonton acara yang berbau petualangan-petualangan seru. Kita bi...
-
Jarum jam dinding sudah menunjukkan di angka 2 tapi mata ini masih susah untuk dipejamkan. Jam 02.00 dan aku masih terjaga. Entah kenapa aku...
-
Hujan rintik-rintik melanda daerah Senayan dan sekitarnya sore itu. Dengan langkah gontai, Badrun berjalan menuju halte busway yang ada di ...
-
Tidaklah seorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan hingga duri yang menusuknya, melainka...
No comments:
Post a Comment