Jarum jam dinding sudah menunjukkan di angka 2 tapi mata ini masih susah untuk dipejamkan. Jam 02.00 dan aku masih terjaga. Entah kenapa aku masih teringat tentang ucapan Badrun tadi sore menjelang Maghrib.
Badrun, seorang kawan sejak lama. Seorang yang hanya lulus Sekolah Dasar, tapi memiliki etos kerja yang melebihi seorang sarjana. Pekerja keras yang tangguh dan selalu melakukan pekerjaannya dengan kesungguhan dan keikhlasan.
Siapa sangka kalau dia punya pemikiran seperti itu? Benar-benar tidak bisa kuduga.
"Kang, ada yang gak kalah lucunya lagi nih. Kalau dilihat dari agamanya, dia seorang Muslim. Tapi.."
"Tapi opo tho Drun? Ngomong tuh diselesaikan, jangan sepotong-potong gitu tho?"
"Iyo,iyo kusambung. Seorang Muslim yang katanya mempunyai Tuhan, tapi entah apa yang dia sembah. Mungkin dia menyembah Allah, tapi tanpa sadar dia juga menyembah kemegahan duniawi, seperti menyembah uang, harta, pangkat, gengsi dan lain-lain Kang."
Waah, berat nih omongan si Badrun.
"Trus lagi nih Kang, pada saat hari raya Idul Fitri ada beberapa umat Muslim yang merayakan dan menyelenggarakan Idul Fitri lebih secara kebudayaan daripada secara agama. Atau dengan kata lain, Idul Fitri masih bersifat kultural daripada religius."
Badrun terdiam sejenak mengatur nafasnya yang tersengal-sengal karena terlalu berapi-api ngomongnya.
"Kita lebih menekankan diri pada hura-hura, senang-senang materiel, baju baru, petasan dimana-mana, kemewahan dan konsumsi-konsumsi. Kita kurang menyelam ke dalam ruhani Idul Fitri. Ke dalam usaha keinsyafan baru, kesadaran baru dan kelahiran baru."
Jleeeeb!! Kalimat Badrun serasa menohok diriku. Memang aku seperti aku, memang.
"Ada Muslim yang percaya dengan kekuatan Allah Yang Maha Besar dan Maha Kuasa, tapi kocaknya dia juga percaya dengan kekuatan-kekuatan yang lain, mengandalkan kekuatan-kekuatan itu bahkan sampai memuja serta mengagungkannya. Edan tho Kang?"
"Ada manusia yang percaya bahwa musibah atau cobaan itu dari Gusti Allah. Allah yang memberi. Namun, saat dia sudah berhasil mengatasi semua itu, dia lupa bahwa kekuatan yang dia miliki untuk mengatasi semua itu juga dari Allah."
Si Badrun terus aja nyerocos mulutnya.
"Di saat dia susah, di saat dia butuh, dia berdoa terus-menerus memohon kepada-Nya. Bahkan kadang-kadang doa yang diucapkannya sangat ekspresif, dipuitis-puitiskan. Tapi begitu keinginan dan hajatnya sudah dikabulkan-Nya, dia jadi lupa diri. Bahkan bersyukur kepada-Nya pun dia lupa. Atau dengan angkuhnya dia meng-klaim bahwa semua itu hasil jerih-payahnya dan hasil usahanya. Muslim macam apa itu?"
Sungguh, petang itu aku benar-benar menjadi pendengar setia omongan Badrun.
"Kang, semoga kita ini dijadikan-Nya Muslim yang benar-benar Muslim ya Kang?"
Aamiin.
Hanya sebuah cerita tentang diri saya sendiri yang sangat jauh dari kesempurnaan hidup
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Looped Slider
Total Pageviews
Find Us On Facebook
Random Posts
Social Share
Sponsor
Recent comments
Linkbar
About This Blog
Footer
Contact With Us
Recent Comments
Popular Posts
-
Street Photography atau Forografer Jalanan adalah salah satu aliran dalam fotografi. Fotografi jalanan umumnya memuat objek yang diambil di...
-
Tablanusu Pantai Tablanusu berada di Kampung Tablanusu, Distrik Depapre,Kabupaten Jayapura, Papua. Walaupun jauh di ujung timur Indon...
-
Lama juga saya tidak membuka dan menulis disini, mungkin karena saya terlalu fokus di dunia nyata dan blog yang saya buka bukan yang ini tap...
-
sayonara my friend Tuhanlah yang mempertemukan, dan Tuhanlah yang memisahkan. Ikhlas tidak ikhlas, rela tidak rela, yang pergi teta...
-
Kita sebagai manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan ini,kita membutuhkan orang lain,kita tidak bisa hidup sendiri dan...
-
Lelaki bertampang kusam itu hanya duduk terdiam di pojokan ruangan, ruangannya yang sempit, layaknya seekor kecoak yang terjepit tak berda...
-
Bagi yang sering atau hobi menonton acara televisi pasti pernah atau sering menonton acara yang berbau petualangan-petualangan seru. Kita bi...
-
Jarum jam dinding sudah menunjukkan di angka 2 tapi mata ini masih susah untuk dipejamkan. Jam 02.00 dan aku masih terjaga. Entah kenapa aku...
-
Hujan rintik-rintik melanda daerah Senayan dan sekitarnya sore itu. Dengan langkah gontai, Badrun berjalan menuju halte busway yang ada di ...
-
Tidaklah seorang Muslim ditimpa keletihan, penyakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, kegundah-gulanaan hingga duri yang menusuknya, melainka...
No comments:
Post a Comment